Jangan Sampai Pemain Muda 'Tenggelam' di Liga

Author : Humas | Wednesday, May 17, 2023 19:33 WIB | Republika - Republika

Pesepak bola Timnas Indonesia U-22 berpose dengan medali emas SEA Games 2023 di National Olympic Stadium, Phnom Penh, Kamboja, Selasa (16/5/2023). | ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

PSSI harus bisa menjaga dan meningkatkan kualitas para pemain muda.

JAKARTA -- Keberhasilan tim nasional sepak bola U-22 Indonesia meraih medali emas SEA Games 2023 menjadi momentum kebangkitan sepak bola Indonesia. Ketua Umum PSSI Erick Thohir diharapkan terus mempercepat transformasi sepak bola Indonesia demi memanjangkan prestasi generasi muda sepak bola Tanah Air.

PSSI, operator liga, dan klub sepak bola juga diharapkan memiliki komitmen kuat untuk menjaga dan mengembangkan potensi para pemain muda. Jangan sampai para pemain muda "tenggelam" di liga. 

Pengamat sepak bola yang juga Koordinator Save our Soccer Akmal Marhali mengatakan, masih panjang perjalanan yang harus dihadapi sepak bola nasional agar bisa berbicara lebih tinggi di panggung sepak bola Asia dan dunia.

"Kita jangan langsung jemawa. Tapi, keberhasilan ini menjadi sebuah pijakan yang sangat bagus bagi Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan PSSI untuk memacu transformasi sepak bola Indonesia agar prestasi di SEA Games diteruskan di AFF, Asian Games, Piala Asia, Kualifikasi Piala Dunia, dan juga Olimpiade," ujar Akmal di Jakarta, Rabu (17/5/2023).

photo

Ia mengatakan, menjadi juara SEA Games merupakan bagian dari proses dalam membangun ekosistem timnas yang berkelanjutan hingga ke jenjang senior. Oleh sebab itu, PSSI harus bisa menjaga dan meningkatkan kualitas para pemain muda, termasuk para pemain yang meraih medali emas SEA Games 2023.

"Kita banyak pengalaman di masa lalu tentang pemain potensial muda yang gagal saat senior. Seperti saat ini, eks juara AFF U-19 2013 hanya tersisa Evan Dimas di timnas senior atau tinggal Witan Sulaiman mantan pemain timnas U-19 selama tiga tahun yang masih bertahan di timnas U-22. Inilah tugas untuk menjaga konsistensi dan keberlanjutan sehingga euforia yang muncul setelah juara SEA Games tidak berlebihan karena tugas belum selesai," ujarnya.

Ia mengapresiasi kepemimpinan Erick Thohir yang baru berusia tiga bulan di PSSI. Menurut dia, prinsip pemimpin yang berpedoman pada "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani" benar-benar dijalankan Erick Thohir sebagai ketua umum PSSI.

"Erick Thohir tidak mengeklaim bahwa ini prestasi dirinya. Ia menghargai usaha yang telah dilakukan ketua umum sebelumnya dalam membangun tim ini. Erick juga memberikan panggung utama kepada para pemain, pelatih, serta ofisial yang telah berjuang di lapangan, dan ia mengerti perannya dalam memberi contoh, menggugah semangat, dan terus mendorong moral pemain sehingga mampu berprestasi," ungkapnya.

photo

Hal itu, Akmal menambahkan, sangat jauh berbeda dengan sikap kebanyakan tokoh yang sering memanfaatkan sekaligus mengeklaim pencapaian yang dihasilkan orang lain.

"Apalagi ini masuk tahun politik. Lihat saja, sejak kemarin sudah banyak caleg-caleg yang numpang kesuksesan timnas jadi ajang promosi. Atau nanti timnas dibawa-bawa ke ketua-ketua Parpol. Hal itu hanya akan menjadikan pemain timnas star syndrome dan malah akan merusak," katanya.

Hal serupa disampaikan pengamat sepak bola dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yunan Syaifullah. Yunan pernah menulis buku Filosofi Bola itu juga berpesan agar PSSI dan klub sepak bola bisa menjaga potensi para pemain muda. Menurut dia, tidak sedikit pemain yang bersinar di timnas, tapi potensinya malah hilang saat kembali ke klub.

Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya jam terbang. Pemain itu akhirnya tenggelam oleh pemain senior. Menurut Yunan, banyak posisi strategis klub yang diisi oleh pemain-pemain asing sehingga menekan potensi pemain lokal untuk bersinar. Padahal, seharusnya klub memberikan porsi kepada pemain muda agar bisa berkembang dan mampu melahirkan pemain berkualitas untuk timnas.

Terkait dukungan terhadap pemain muda, PSSI dan operator kompetisi telah membuat aturan baru untuk Liga 1 musim 2023/2024. Salah satu aturan itu adalah kewajiban bagi setiap klub untuk menurunkan pemain U-23 minimal selama 45 menit dalam setiap pertandingan.

Pengamat sepak bola Muhammad Yusuf Kurniawan menilai kesuksesan timnas Indonesia menjuarai SEA Games 2023 dinilai bukan faktor kebetulan. Keberhasilan itu didesain bersama antara pelatih, ofisial, dan PSSI. Kolaborasi seluruh elemen membuat tim Garuda Muda tampil mengesankan di lapangan.

"Medali emas adalah hasil desain, bukan kebetulan. Mulai dari pemilihan pemain, proses persiapan, hingga event berlangsung semua terencana dengan baik. Para pemain timnas Indonesia U-22 bisa berlaga dengan tenang karena situasi yang benar kondusif," kata Yusuf.

photo

Apresiasi diberikan kepada sosok Erick Thohir yang tidak memberikan tekanan psikologis berlebihan kepada pemain dan juga ofisial. "Erick memikul beban yang sifatnya nonteknis, sementara pelatih dan pemain bisa fokus 100 persen pada area teknik. Suasana dalam tim menjadi sehat, seluruh pemain bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan tidak merasa stres dengan beban wajib juara yang mereka pikul," ucap Yusuf.

Erick dinilai menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik sebagai Ketua Umum PSSI yang jempolan. Ia tak banyak cawe-cawe dan mengambil peran terlalu besar yang membuat peran tim kepelatihan tergerus. Mereka bisa bebas berkreasi tanpa terlalu banyak intervensi.

"Federasi hadir pada saat-saat tepat. Seperti misalnya memberi dukungan dan injeksi dukungan moral jelang semifinal. Proporsi tekanannya tidak berlebihan. Kondisi ini menciptakan kenyamanan," katanya.

Harvested from: republika.id/posts/40865/jangan-sampai-pemain-muda-tenggelam-di-liga
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: