KAS UMM Dorong Peningkatan Kecerdasan Emosional

Author : Humas | Selasa, 29 Desember 2020 09:34 WIB
Diah Karmiiyati (baju batik) dalam pemaparannya (Foto: Istimewa)

Setelah sebelumnya sukses menggelar Kuliah Ahad Shubuh (KAS) secara daring, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali melangsungkan agenda mingguan ini pada minggu (27/12). Kali ini Dr. Hj. Diah Karmiyati M.Si didapuk menjadi pemateri. Ia membahas pentingnya kecerdasan emosional untuk meraih kesuksesan.

Diah memulai pemaparannya dengan menyebutkan beberapa intelegensi yang berperan dalam kesuksesan seseorang. Salah satu di antaranya adalah emotional quotient (EQ). Kemampuan yang dimiliki oleh semua manusia dalam mengenali dan mengolah emosinya.

Jika seseorang sudah bisa mengelola emosinya, maka ia juga cenderung untuk bisa mengenali situasi lingkungan sekitarnya. Hal ini membuatnya lebih peka dan menumbuhkan rasa empati yang tinggi. “Jika sudah muncul rasa tersebut, seseorang akan memiliki motivasi tinggi untuk melakukan yang lebih baik lagi,” ungkapnya lebih lanjut.

Baca juga: Raih Juara Nasional Berkat Hobi Masa Kecil

Dosen yang juga mengkaji psikologi positif ini juga menyebutkan beberapa ciri orang dengan EQ tinggi. Bisa dilihat dari perilaku dan sikapnya sehari-hari. Bagaimana cara dia mengendaikan diri dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Selain itu juga lebih mampu memahami, mempengaruhi serta menenangkan orang di sekitarnya. Diah juga mengungkapkan EQ memiliki peran dua kali lipat lebih banyak ketimbang intelligence quotient (IQ).

Lebih lanjut, ia juga memberikan kunci meningkatkan EQ dalam kehidupan sehari-hari, yakni belajar berinteraksi dengan orang lain. Meski terdengan sepele, tapi nyatanya berkomunikasi dan berinteraksi  tidak semudah yang dibayangkan. Ia juga menganjurkan para pemuda dan mahasiswa untuk berkecimpung dalam organisasi atau organisasi. “Komunikasi yang terjalin dalam komunitas itu akan membantu kita mengenali dan mengelola emosi,” jelas Diah.

Baca juga: Markaz Dakwah UMM Resmikan Tempat Ibadah

Dalam materinya, Diah kembali mengingatkan betapa EQ memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan. Ketika seseorang memiliki EQ yang tinggi, komunikasi yang ia lakukan akan menjadi lebih tepat, sehingga mengurangi kesalahpahaman. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang dengan EQ tinggi memiliki hasil kerja yang lebih baik ketimbang yang lain. “Itulah mengapa EQ harus diberikan sejak dini lewat interkasi sosial. Sayangnya, banyak orangtua yang overprotektif sehingga menghambat peningkatan EQ anak-anaknya,” jelasnya.

Terakhir, dosen yang berfokus pada psikologi lansia ini berpesan untuk selalu emeningkatkan kemampuan pengelolaan emosi. Terlebih lagi di tengah pandemi yang tak tahu kapan akan berakhir. “Ada dua hal yang perlu ditanamkan dalam diri, pertama adalah menerima kemudian bersyukur. Jika sudah melakukannya dengan baik, kita tentu bisa lebih siap dalam menghadapi situasi pandemi seperti saat ini,” pungkas Diah di akhir materi. (wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image