UMM Kaji Gagasan Malik Fadjar di Muktamar Muhammadiyah 48

Author : Humas | Jum'at, 18 November 2022 06:52 WIB
Suasana bedah dan launching buku terbaru tentang Malik Fadjar bertajuk “Gagasan Progresif Abdul Malik Fadjar”. (Foto: Wildan Humas)

Semarak Muktamar Muhammadiyah ke-48 terasa di berbagai aspek. Salah satunya di aspek literasi seperti yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada 17 November 2022 lalu. Melalui Rumah Baca Cerdas (RBC), UMM mengadakan bedah dan melaunching buku terbaru tentang Malik Fadjar yakni “Gagasan Progresif Abdul Malik Fadjar”. Hadir sebagai pembedah Abd. Rohim Ghazali selaku Direktur Eksekutif Maarif Institute dan Moh, Mudzakkir, Ph.D. selaku aktivis muda Muhammadiyah.

Pembahasan menarik disampaikan Rohim, sapaan akrabnya, dengan membandingkan sosok Malik Fadjar dengan Buya Syafii Maarif. Menurutnya, kedua tokoh Muhammadiyah ini memiliki persamaan yang sangat kentara yakni dari sama-sama aktivis. Bukan sekadar aktivis tapi intelektual aktivis yang memiliki gagasan cemerlang serta terlibat dalam kehidupan sosial masyarakat.

Meski sama-sama aktivis intelektual, namun mereka mempunyai perbedaan dalam bergerak. Malik Fadjar yang langsung masuk ke birokrasi dengan mnejadi dirjen hingga menteri. Sementara Buya yang tidak masuk birokrasi dan membuatnya sangat independen.

“Bukan berarti Pak Malik tidak independen. Terbukti dari inovasi dan perubahan struktural. Pak Malik menjadi sosok yang menggerakkan, bukan malah diatur oleh birokrasi. Berbeda dengan sekarang, banyak orang yang malah diatur birokrasi dan masuk di lingkarannya,” tegasnya.

Baca juga: UMM Pamerkan Robot hingga Meraverse di MITE Muktamar Muhammadiyah

Malik Fadjar juga dinilai memiliki pemikiran keagamaan yang inklusif dan substansial. Ia sangat mempertimbangkan isi ketimbang cangkangnya. Lebih mementingkan nilai di dalamnya daripada bentuk formalnya. Terlihat dari dukungannya akan kebijakan lulusan pesantren yang bisa masuk ke berbagai perguruan tinggi, tidak terbatas di kampus islam tapi juga umum. Maka menurutnya, buku Gagasan Progresif Abdul Malik Fadjar menjadi buku yang menarik untuk dibaca dan didiskusikan.

Sementara itu, Mudzakkir mengatakan bahwa ada lima bab yang tertuang dalam buku tersebut. Satu bab membingkai mengenai Malik Fadjar dan empat lainnya mengkaji spirit dari gagasan-gagasan progresifnya. Menurutnya, tak lengkap jika membaca buku tanpa mengetahui latar belakang seorang Malik Fadjar, ayah dan ibunya, hingga pendidikannya. Ayahnya  merupakan seorang guru yang mengajar di sederet sekolah di daerah-daerah seperti Purworejo, Kulonprogo, Borobudur.

“Kemudian ia bertemu dengan ibu Malik Fadjar di keraton. Menariknya, ibu beliau merupakan murid langsung dari Kyai Dahlan,” tuturnya.

Adapun Malik Fadjar juga masuk di pendidikan guru agama dan dikirim ke Taliwang, Sumbawa. Ia turut mendirikan institusi pendidikan Muhammadiyah di sana. Mudzakkir juga menyebut bahwa Malik Fadjar baru masuk perkuliahan di usianya yang ke-23 dan lulus di umur 30 tahun. Malik juga aktif di organisasi dan memberikan gagasan-gagasannya. Hingga mampu terbang ke Florida State University untuk mengenyam pendidikan magister dan kemudian menjadi dirjen serta menteri.

Baca juga: Bazar UMM di Muktamar Muhammadiyah: Ajak Pengunjung Kenali Diri dan Mencoba Teknologi Terbaru

“Maka buku ini akan menjabarkan gagasan-gagasan menarik dari beliau. Dari situlah kita juga bisa menjaga spirit Abdul Malik Fadjar dengan baik,” katanya.

Peluncuran dan bedah buku tersebut juga dihadrii oleh sederet intelektual muda Muhammadiyah seperti Hasnan Bachtiar, Hamzan Fansuri, Andar Nubowo, Fitrah Hamdani, Zaki Faddad, Jumaldi Affi, Ahmad Fuad Fanani, Maharina Novi, Fauzia Mona Atalina, nafik Muthohirin hingga Rahmat Rusma. Beberapa di antaranya merupakan kandidat doktor di kampus-kampus besar luar negeri. (wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image