UMM Kaji Agroteknologi, Beri Solusi untuk Peningkatan Pangan

Author : Humas | Senin, 30 Oktober 2023 07:28 WIB
Kuliah Tamu Mahasiswa Baru Program Studi (Prodi) Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan tajuk Menjawab Peluang dan tantangan Transformasi Pertanian berkelanjutan di Era 5.0. (Foto : Rizky Humas)

Saat ini, peminat di bidang pertanian kian merosot. Anak muda semakin ogah untuk menekuni bidang pertanian karena dirasa kurang menjanjikan. Menurut data BBSDMP Kementan pada Tahun 2020, petani usia 20-39 tahun hanya sebesar 2,7 juta dari total petani 33,4 juta. Sebanyak 61% petani di Indonesia berusia diatas 45 Tahun. Dr. Ir. Nurdiah Husnah M.Si selaku Kementerian Pertanian Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BSIP Jestro) mengatakan bahwa banyak anak muda beranggapan profesi sebagai petani itu tidak "keren".

Perihal ini ia sampaikan pada acara Kuliah Tamu Mahasiswa Baru Program Studi (Prodi) Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan tajuk Menjawab Peluang dan tantangan Transformasi Pertanian berkelanjutan di Era 5.0. Selain kuliah tamu, acara ini juga merupakan bentuk revitalisasi program Center of Excellent (CoE) dengan pihak Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).

Baca Juga : Kuliah Umum KLHK di UMM: Krisis Bumi hingga Pengelolaan Air 

Menurutnya, ada beberapa masalah yang menjadi kunci pokok sehingga anak muda enggan untuk terjun ke dunia pertanian. Misalnya saja adanya alih fungsi lahan, modal pertanian yang sedikit, hingga teknik budidaya yang kurang presisi. Penurunan SDM pertanian ini tak sebanding dengan permintaan masyarakat akan bahan pangan. Maka dari itu, diperlukan kolaborasi antara teknologi dan manusia agar dapat menciptakan pertanian yang selaras dengan era 5.0.

Penerapan teknologi di bidang pertanian bertujuan untuk menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dengan kecerdasan manusia untuk memajukan pertanian Indonesia. Karena, pertanian saat ini masih menerapkan pertanian konvensional yang membutuhkan tenaga dan biaya yang tak sedikit. Maka perlu adanya kerjasama pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat untuk mengembangkan pertanian di era 5.0.

Jawabannya adalah dengan mekanisasi pertanian. Hal itu disebutkan oleh Arif Wibowo selaku direktur PT. Sumber Alam Unggul. Mekanisasi pertanian merupakan bentuk kolaborasi antara AI dan manusia untuk memanfaatkan penggunaan lahan yang sedikit namun dapat memaksimalkan hasil pertanian. 

Baca Juga : Banyak Kasus Bunuh Diri, Dosen Psikologi UMM Sebut Empat Alasannya

“Seperti contoh penggunaan pertanian dengan sistem aeroponik yang dirancang khusus dengan sistem otomatisasi penyiraman tanaman. Juga penggunaan drone sebagai alat penyemprotan pupuk dan mesin panen pertanian,” tegasnya Arif.

Sementara itu, salah satu DUDI Direktur PT. Syngenta Seed Indonesia Ir. Suwarno, MM. menilai, penerapan teknologi di bidang pertanian tak hanya terbatas pada pembuatan mesin-mesin canggih. Lebih dari itu, perkembangannya dapat berupa pembuatan pupuk, teknologi pembenihan untuk menciptakan benih unggul, hingga pembuatan pestisida organik untuk melawan hama.

“Mahasiswa memang harus disiapkan untuk menjadi pelopor dalam menciptakan ekosistem pertanian yang sesuai dengan industri 5.0.,” tambahnya.

Hal itu selaras dengan apa yang dilakukan oleh UMM. Rektor UMM Prof. Dr. Fauzan, M.Pd. menyampaikan bahwa pihaknya saat ini sudah mempersiapkan mahasiswanya untuk dapat terjun langsung ke dunia industri. Mahasiswa dibekali dengan skill teknis agar saat memasuki dunia industri, mereka tidak bingung harus melakukan apa. Semua itu dikemas dalam bentuk kelas unggulan atau CoE yang sudah berdiri sejak 2018 lalu.

“Harapannya, melalui adanya program ini dapat memastikan mahasiswa untuk bisa bekerja di dunia industri dan memiliki sikap mandiri,” tandasnya. (Tri/Wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image