UMM Gaet BYU Amerika, Kaji HAM dan Dunia

Author : Humas | Rabu, 22 November 2023 06:27 WIB
Wakil Rektor 1 dan Brett G. Scharffs saat Penandatanganan MoU (Foto : Rizki Humas)

Konsep hak asasi manusia (HAM) sudah lama dikenal oleh masyarakat luas. HAM sendiri disahkan sejak ditetapkannya di Paris tahun 1948 melalui adanya diskusi dan konferensi. Yang mendasari adanya konsep HAM ialah human dignity atau menghargai antar sesama.

Hal ini disampaikan oleh Brett G. Scharffs dalam acara yang diselenggararakan prodi Hubungan Internasional Unievrsitas Muhammadiyah Malang (UMM), November ini.  Direktur the Law School’s Internasional center of law and religion studies (ICLRS) itu memberikan paparan di depan ratusan peserta dan mahasiswa. Dalam kesempatan itu adapula penandatanganan kerjasama antara UMM dengan Brigham Young university (BYU), Amerika Serikat.

Lebih lanjut, Scharffs mengatakan, bukti konsep human dignity telah diadaptasi jauh sebelum adanya HAM yaitu adanya konstitusi Irlandia. Konstitusi itu mengatakan bahwa dignity dan kebebasan adalah hak individu, kemudian juga konstitusi Jerman yang mengatakan bahwa dignity tidak bisa dibendung. Konsep ini juga diterapkan oleh Indonesia melalui ideologi Pancasila sejak 1945.

Baca juga : SIBI UMM, Seminar Internasional Berbahasa Indonesia yang Kaji Lingkungan dan Sosial

Adanya Deklarasi Universal Hak Asasi manusia (UDHR) juga menegaskan pentingnya dignity atau martabat. Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam UDHR tanpa terkecuali. Tidak memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat yang berlainan.

“Kebebasan hak manusia tertuang pada pasal 1 UDHR yang menyatakan, semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan,” jelas profesor di Brigham Young University itu.

Human dignity tak hanya diterapkan pada konsep HAM dan saling menghargai saja, tapi juga diimplementasikan pada konsep beragama. Masayarakat bebas menganut agama yang ia percayai. Bahkan jila dilihat dari perspektif agama, human dignity menjadi dasar kebebasan beragama dan martabat manusia itu sendiri.

Baca juga : Dosen UMM Soroti Guncangan sektor Pertanian di Israel Akibat Konflik

Ia menyebut cerita Nabi Nuh dan anaknya dalam agama Islam. Saat banjir bandang, nabi nuh memerintahkan anaknya untuk ikut naik ke kapal, namun sang anak menolak dan akhirnya memilih untuk mendaki gunung.
“Dari cerita itu dapat disimpulkan bahwa sebenarnya anak Nabi Nuh diberi kebebasan untuk memutuskan apa yang ia ingin lakukan. Begitupun dengan kita yang bebas memilih apa yang kita ingin lakukan dan tidak dapat diganggu gugat,” katanya. 

Sementara itu, Wakil Rektor I UMM Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. mengapresiasi kuliah tamu internasional seperti ini. Menurutnya, hal tersebut dapat membuka jendela pengetahuan baru bagi para mahasiswa. Mereka bisa lebih memahami konsep human dignity yang telah diterapkan di Indonesia sejak dulu. 

“Tentu harapannya anak-anak muda, termasuk mahasiswa UMM bsia menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Saling menghormati dan menyayangi satu sama lain,” pungkasnya. (*tri/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image