Syiar Ramadan UMM Kaji Tema Muhammadiyah dan Perdamaian

Author : Humas | Sabtu, 01 Mei 2021 11:17 WIB
Kajian tematik yang menghadirkan Irfan Amalee, Founder Peace Generation. (Foto: Two Bagus/Humas)

Dalam rangka memeriahkan bulan suci Ramadhan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali menyelenggarakan Syiar Ramadan in Campus 1442 H. Salah satu rangkaian dalam Syiar Ramadhan tahun ini adalah kajian tematik berjudul Muhammadiyah dan Perdamaian yang disampaikan oleh Irfan Amalee. Ia merupakan founder dari Peace Generation Indonesia. Agenda ini dilaksanakan pada Selasa (27/04) secara luring di Dome UMM dan daring melalui kanal youtube UMM.

Irfan, sapaan akrabnya, menjelaskan kaitan Muhammadiyah dengan perdamaian melalui kuis yang di berikan pada awal materi. Melalui berbagai pertanyaan tersebut, Irfan menuturkan bahwa sejak dulu Muhammadiyah telah aktif dalam misi perdamaian. Misalnya, pada tahun 2003 yang mana mereka mengirim dan membagi tim ke Indonesia timur dan barat untuk melerai konflik.

Baca juga: Prodi Biologi Raih Hibah CoE Merdeka Belajar Kampus Merdeka

“Muhammadiyah juga kerap mengundang berbagai tokoh yang berseberangan untuk memberikan pandangan baru. Mengutip perkataan Ahmad Dahlan, tokoh yang tidak percaya tuhan saja sangat menjunjung tinggi kemanusiaan, apalagi kita sebagai muslim seharusnya bisa lebih dari mereka,” katanya melanjutkan.

Irfan bercerita bahwa paham perdamaian telah diserukan oleh islam sejak dulu kala. Saat Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, ia menyampaikan tiga perintah utama. Dimulai dari perdamaian, kepedulian, dan silaturahmi. Hal ini pula yang dilakukan Kiai Ahmad Dahlan dalam menyebarkan Islam di Indonesia. Menurutnya, peace dan justice harus berjalan beriringan dan bersama.

Baca juga: Bahas Edukasi Vaksin, Mahasiswa UMM Menangi Kompetisi Esai Nasional

“Ada tiga jalan untuk menuju perdamaian tersebut. Pertama, kita harus berdamai dengan diri kita sendiri. Kedua, kita harus memiliki cara pandang yang benar kepada orang lain. Terakhir, kita harus belajar dan menguasai skill of conflict,” ujar Irfan.

Ia kembali melanjutkan bahwa inti dari jalan menuju perdamaian adalah membangun empati dan pikirian kreatif. Jika individu tidak memiliki hal tersebut, maka dirinya akan mudah terprovokasi dan memicu konflik. Karena hal tersebut, Irfan memberikan tips dalam mengasah empati dan creative thinking.

“Ada tiga kiat yang bisa diterapkan untuk mengasah empati dan creative thingking kita. Pertama adalah bertanya sebelum menghakimi. Kedua adalah aktif untuk mendengarkan pendapat orang lain. Terakhir, mau melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda,” jelasnya di akhir kajian. (syi/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image