SIBI UMM, Seminar Internasional Berbahasa Indonesia yang Kaji Lingkungan dan Sosial

Author : Humas | Selasa, 21 November 2023 09:16 WIB
Dr. Gautam Khumar Jha Ph.D saat Menyampaikan Materinya (Foto : Rizki Humas)

Evolusi dunia industri menjadi post-industrial membawa tantangan baru bagi kehidupan manusia. Perkembangan teknologi dan informasi pada era post-industrial tak dapat dihindari lagi dan menciptakan beberapa tantangan serius. Seperti perubahan sosial, perubahan pendidikan, dan yang paling krusial yaitu adanya perubahan pada alam. 

Sejalan dengan hal ini, Dr. Gautam Khumar Jha Ph.D. dari Jawaharlal Nehru University, India mengatakan bahwa revolusi ini melahirkan perubahan pola sosial bermasyarakat. Contohnya yaitu perubahan globalisasi yang melahirkan pola konsumsi di mana menunjukkan status sosial atau kekayaan seseorang.

Baca juga : Raker MHH Muhammadiyah di UMM Rumuskan Solusi Masalah Bangsa

"Hal ini disebut dengan pola konsumsi yang mencolok, yakni tiap individu berlomba-lomba untuk membeli barang mewah demi status sosial di masyarakat," ucapnya di Seminar Internasional Berbahasa Indonesia (SIBI) yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 21 November ini. 

Agenda dengan tajuk ‘Efek Post Industrial dalam Krisis Perubahan Iklim’ itu diikuti ratusan sivitas akademika dari berbagai belahan dunia. Ada yang berasal dari Australia, Hawai, India, Thailand, Vietnam, dan lainnya. Para pakar yang dihadirkan juga dari banyak negara dengan beragam topik menarik yang disajikan. 

Lebih lanjut, Khumar menyampaikan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat yang berubah dapat menyebabkan beban berat terhadap lingkungan. Pola konsumtif masyarakat ini adalah hasil dari percepatan persebaran informasi dan komunikasi pada lini masyarakat global. Sebagai dampaknya, muncul kebutuhan-kebutuhan palsu dari masyarakat untuk memenuhi hasrat sosialnya.
“Karenanya, industri perlu menciptakan produk-produk berkelanjutan untuk keberlangsungan dunia industri. Bukan hanya produk-produk yang cepat usang dan akhirnya mencemari lingkungan,” tambahnya.

Baca juga : Dosen UMM Ingatkan Masyarakat: Hati-hati Memanfaatkan Pinjol

Salah satu solusi yang ia berikan adalah menerapkan kearifan lokal pada lini masyarakat global untuk menciptakan kearifan yang berkelanjutan. Sehingga mampu menyelesaikan masalah prebuahan iklim. “Misalnya saja seperti pengobatan tradisional di Indonesia dan India yang mencerminkan warisan budaya dan pemahaman lingkungan,” tambahnya.

Sementara itu, Islahuddin, M.A. dari Fatoni University, Thailand membenarkan bahwa pendidikan dapat menjadi solusi pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan sosial. Pendidikan mengubah pemahaman masyarakat mengenai keberlanjutan lingkungan. Salah satu penerapannya adalah pendidikan Islam yang dapat menciptakan persaudaraan dan keadilan antar umat beragama.

“Hal ini tentu menarik apabila dibawa ke perspektif agama dalam menciptakan sistem keberlanjutan lingkungan,” tambah Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si Wakil Rektor I UMM.

Syamsul berharap, pendidikan agama tidak hanya menambah pemahaman mengenai lingkungan saja, tapi juga mengubah perilaku dan pola pikir dari masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh Muhammadiyah melalui Milad ke-111 kemarin. Memiliki tujuan dan berkomitmen untuk menciptakan lingkungan hidup yang aman dan damai.

 Ia juga mengatakan bahwa seminar internasonal itu menjadi wadah yang tepat bagi para praktisi dan sivitas akademika untuk menyampaikan gagasan-gagasannya. Utamanya terkait lingkungan dan perubahan iklim. Selain itu juga menjadi tempat yang bagus untuk mempraktekkan bahas Indonesia, mengingat seminar ini menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama. (*tri/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image