Menteri Kesehatan Terawan Bicara Stunting di Wisuda UMM

Author : Humas | Minggu, 01 Maret 2020 06:02 WIB
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K) RI. (Foto: Rino/Humas)

World Bank mengeluarkan suatu pengukuran baru menggantikan Indeks Pembangunan Manusia yang dinamakan Indeks Modal Manusia atau Human Capital Indeks, yaitu suatu pengukuran investasi suatu negara bagi modal pembangunan manusianya. Pengukuran ini digunakakan sebagai penentuan status pembangunan suatu negara.

Ada tiga pilar utama penyusun modal manusia generasi mendatang, dimana kesehatan merupakan salah satu pilar yang menilai ada tidaknya stunting, apakah anak-anak menyelesaikan sekolah dengan kesehatan yang baik, dan siap untuk tingkat pendidikan selanjutnya dan/atau bekerja. Untuk itulah, dalam rangka mewujudkan Indonesia masuk ke dalam kategori negara maju maka isu stunting menjadi prioritas.

Demikian disampaikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K) RI. saat memberi orasi ilmiah di gelaran wisuda Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) periode I tahun 2020, Sabtu (29/2). Ia memaparkan orasi bertajuk “Mewujudkan Indonesia Maju melalui Percepatan Penurunan Angka Stunting” di hadapan 977 wisudawan.

Baca juga: Seminar Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara RS UMM Dihadiri Menteri Kesehatan

Lebih jauh Terawan menyampaikan, stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas, dampak kedepannya menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan. Tingkat kecerdasan anak Indonesia berada di urutan 64 terendah dari 65 negara.

Dilanjutkan Terawan, dari pengukuran angka HCI Indonesia saat ini adalah 0.53. Nilai 0,53 artinya, berdasarkan capaian pendidikan dan status kesehatan saat ini diperkirakan anak-anak Indonesia yang lahir saat ini 18 tahun kemudian hanya dapat mencapai 53% dari potensi produktivitas maksimumnya. Saat ini HCI Indonesia berada di peringkat 87 dari 157 negara di dunia.

Stunting sendiri adalah kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak  lebih pendek  untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun.

Baca juga: Jawab Tantangan Kampus Merdeka, Tim Dosen UMM Tawarkan Digitalisasi Kurikulum Lewat Teknologi Lective

“Kekurangan gizi selain disebabkan oleh masalah pangan, diperberat oleh adanya infeksi penyakit, baik menular maupun tidak menular, kemudian sanitasi yang buruk, ketersediaan air minum yang layak, serta pola asuh keluarga,” ungkap Terawan yang pada kesempatan itu juga dikukuhkan sebagai

Kegiatan upaya pencegahan terjadinya stunting harus dilakukan pada seribu hari pertama kehidupan yang dimulai sejak ibu hamil sampai dengan anak berusia 2 tahun yang merupakan Golden Periode, periode yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. “Dengan penanganan yang tepat pada 1000 hari pertama kehidupan, maka akan lahir dan tumbuh bayi yang terhindar dari gangguan gizi serta berkembang secara optimal,” tandas Terawan. (bel/riz/can)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image