Menarik, Mahasiswa UMM Ajarkan Cara Membatik Cap ke Murid SD

Author : Humas | Kamis, 22 Februari 2024 09:25 WIB
Mahasiswa Psikologi UMM Sedang Membatik Bersama Siswa SD (Foto : Istimewa)

Saat ini, banyak anak muda yang kembali menekuni batik dan mampu memaknai arti pola dalam batik. Berbekal pengetahuan itu, tim mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar agenda membatik bersama anak-anak SDN 2 Poncokusumo. Agenda yang dilaksanakan pada 19 Januari-17 Febrauri 2024 itu juga menjadi upaya mereka untuk self efficacy, motivasi dan kreativitas melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Ayra Alaila Putri Afandy selaku koordinator tim menceritakan bahwa batik yang diajarkan merupakan batik khas dari desa Poncokusumo yang baru saja dibuat tahun lalu. Dengan begitu, anak-anak yang diajari bisa mengenal dan melanjutkan pengetahuan dan kemampuan menciptakan batik. Apalagi mereka merupakan generasi penerus masa depan. 

“Kami sangat kagum dengan apresiasi dan kerjasama yang ditunukkan masyarakat desa. Adapun batik ini bukan sembarang batik, namun memiliki filosofi dan doa di setiap pola yang ada,” ucapnya.

Baca juga : Ponpes International Abdul Malik Fadjar Diresmikan

Ada beberapa pola yang diajarkan pada agenda tersebut. Salah satunya gambarr segitiga yang melambangkan desa Poncokusumo yang berada di pinggir kaki gunung semeru. Kemudian adapula pola berbentuk garudeya yang melambangkan mitologi dan menjadi inspirasi garuda pancasila. Selain itu, banyaknya bunga yang tumbuh di desa Poncokusumo juga diabadikan menjadi pola bunga wijaya kusuma.

“Apalagi mengingat adanya kepercayaan masyarakat desa tentang bunga wijaya kusuma. Bungan yang tumbuh subur berkat air yang mengalir dari kaki gunung Semeru ke desa secara langsung. Bunga ini juga dipercaya dapat membawa nasib baik bagi yang merawat ataupun melihatnya,” tambahnya.

Adapun anak-anak SD diajarkan batik dengan metode cap karena kemudahan dalam implementasinya. Apalagi semua perlengkapan sudah tersedia dengan rapi di kantor desa sehingga memudahkan kelompoknya untuk melaksanakan program tersebut.

Baca juga : Apa Itu Urban Farming dan Manfaatnya? Begini Penjelasan Dosen UMM

Di sisi lain, pihak desa dan sekolah sangat antusias dengan kegiatan yang diberikan kepada para murid. Menurut mereka, kegiatan membatik di era sekarang mulai meredup. Hal itu berkibat apda sedikitnya generasi penerus yang tahu dan memahami budayanya sendiri, termasuk batik.  “Dengan adanya program ini, saya harap guru-guru dapat menerapkannya sebagai media pembelajaran, sehingga murid tidak belajar hal yang monoton,” kata Samsul Muliyo selaku kepala desa. (ri/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image