Konferensi Internasional FEB-FISIP UMM Kaji Isu Lingkungan

Author : Humas | Senin, 04 Juli 2022 08:37 WIB
Mahasiswa asing UMM turut hadir dalam International Conference on Humanities and Social Science (ICHSoS). (Foto: Wildan Humas)

Ilmu sosial memiliki beragam peran dalam aspek penanganan isu lingkungan. Hal itu disampaikan Assisten Deputi Kajian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup Ir. Ary Sudjianto, M.S.E di International Conference on Humanities and Social Science (ICHSoS) pada Sabtu (2/7) lalu. Konferensi internasional itu merupakan kolaborasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Fakultas Ilmu Sosial dan  Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Ary, sapaan akrabnya melanjutkan bahwa kebijakan lingkungan yang diambil pemerintah harus didukung oleh banyak pihak. Tidak hanya terbatas oleh para ilmuwan atau proses produksi dari hulur ke hilir saja. Namun juga didukung dengan kepedulian akan lingkungan yang tinggi. Begitupun dengan peran ilmu sosial yang bisa mensupport upaya tersebut.

“Implementasi kebijakan lingkungan hidup yang kami usahakan memuat beberapa variabel. Di antaranya Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+), indigenous community, dan pembatasan distribusi kayu. Semua itu kami lakukan dalam rangka menjaga keberlanjutkan ekosistem lingkungan hidup. Saya rasa, ICHSos yang mengangkat tema environmental issues and social inclusion in sustainable era ini bisa memberikan sumbangsih dari para akademisi mumpuni,” ungkap Ary yang mewakili Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Di sisi lain, Wakil Rektor I UMM Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. menyebut bahwa selain mengangkat isu lingkungan, ICHSoS juga bertujuan untuk memperluan khazanah penelitian. Di samping itu juga sebagai upaya mnejaga atsmosfer akademik yang ada di kampus. “Semoga konferensi ini bisa terus berlanjut di tahun-tahun mendatang agar mampu memberikan sumbangsih pemikiran serta inovasi solutif untuk permasalahan yang ada,” tegasnya.

Konferensi yang dilangsungkan secara luring terbatas dan daring ini dihadiri oleh pembicara dan pakar internasional. Di antaranya dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dan Institut Penelitian Kehutanan Ghana. Turut hadir para akademisi dari dari Malaysia dan Indonesia.

Jewel Andoh, Ph.D. yang merupakan peneliti institut kehutanan Ghana memaparkan tentang REDD+ yang diadopsi oleh pemerintah Ghana dalam mengurangi polusi. Adapun REDD+ adalah langkah-langkah yang didesain menggunakan insentif keuangan untuk mengurangi emisi dari gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan. 

“REDD+ juga mencantumkan peran dari konservasi, manajemen hutan yang berkepanjangan, dan peningkatan stok hutan karbon. Skema ini akan membantu menurunkan tingkat kemiskinan dan mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Proses penerapan REDD+ menitikberatkan pada keterlibatan para pemangku kepentingan. Suara dari masyarakat, penduduk asli dan komunitas tradisional harus dijadikan pertimbangan untuk memastikan hak mereka yang tinggal di dalam dan sekitar hutan,” tambah Jewel.

Di sisi lain, pembicara dari UMM Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si membahas tentang bagaimana manajemen aliran sungai terintegrasi bisa mengambil peran dalam menangani isu lingkungan. Berdasarkan hasil riset yang ia lakukan, pemerintah pusat Indonesia mempunyai peran dominan dibandingkan dengan pemerintah daerah di dalam manajemen daerah aliran sungai. Selain itu terdapat kebijakan yang tumpang tindih dari pemerintah pusat dan juga agensi dalam manajemennya. 

“Dalam membahas isu lingkungan, manajemen daerah aliran sungai yang terintegrasi sangat dibutuhkan. Khususnya untuk ekonomi, sosial, budaya dan konservasi lingkungan. Keberlanjutan sistem sosial ekologi bergantung pada keterlibatan dari pemerintah dan berbagai stakeholder yang terlibat di dalamnya, ” tuturnya.

Selanjutnya, R. Alam Surya Putra dari The Asia Foundation (TAF) menyampaikan bahwa skema Ecological Fiscal Transfer (EFT) dinilai cukup berhasil dalam mendorong konservasi lingkungan hidup di Indonesia. Saat ini, beberapa daerah di Indonesia telah menerapkan EFT yang berhasil meningkatkan tutupan lahan, pengembangan taman hutan raya (Tahura), pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla). “Pun dengan peningkatan ruang terbuka hijau, serta pengelolaan sampah,” paparnya.

Kemudian, adapula dua pemateri terakhir yakni Djoko Sigit, Ph.D. dari UMM dan Dr. Nik Hazimah Bt Nik Mat dari Universitas Trengganu Malaysia. Djoko memaparkan terkait inovasi data internet untuk keputusan konsumsi yang lebih baik dalam mendukung keberlanjutan lingkungan. Sementara Hazimah tiga pilar penting dalam keberlanjutan kehidupan yakni ekonomi, lingkungan dan sosial. (Wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image