Kisah Galang, Mahasiswa UMM yang Rela Kurangi Jam Tidur Demi Raih Mimpi

Author : Humas | Kamis, 06 Februari 2020 14:01 WIB
Galang tengah mengulik kelistrikan mobil yang sempat ikut dilombakan. (Foto: Mirza/Humas)

Mimpi harus diperjuangkan mati-matian. Termasuk harus rela mengorbankan beberapa hal untuk menggapai impian. Begitulah kiranya prinsip yang dipegang seorang Galang Bimandra. Mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini merupakan salah satu aktor di balik berbagai raihan penghargaan bersama timnya di LSO Mekatronic UMM.

Perolehan posisi pertama atau juara 1 nasional Kelas Urban Listrik pernah disabet timnya saat KMHE Padang tahun 2018 lalu. Tak puas di kelas nasional, mahasiswa kelahiran Malang 18 Maret 1998 ini, meraih peringkat 6 di Kelas Urban Listrik Shell-Eco Maraton Asia 2019 yang diselenggarakan di Malaysia.

“Jujur, sejak nyebur di kompetisi-kompetisi nggak pernah tidur 8 jam lagi,” ungkapnya. Bagi mahasiswa yang akrab disapa Galang ini, tidur 5-6 jam sudah cukup. Mengurangi jam tidur menurutnya adalah wujud kesungguhan dalam mengusahakan suatu hal. Selain itu, memang perlu pengorbanan yang lebih dalam setiap perjuangan.

Baca juga: Baru Setahun Berdiri, Rumah Sakit Surya Medika Sumbawa Dampingan UMM Siap Naik Kelas

Tak jarang, ia dan kawan-kawannya di LSO Mekatronic begadang untuk menyempurnakan mobil listrik yang hendak diturunkan pada kompetisi mendatang. “Tengah malam test drive, itu hal yang biasa,” tuturnya sambil tertawa.

Mengingat mobil-mobil yang dikerjakan Mekatronic adalah mobil listrik, Galang menduduki posisi yang sangat inti yakni Ketua Divisi Elektrik. Ia dan anggota divisinya bertanggung jawab penuh segala hal terkait kelistrikan. Mulai dari controller hingga lampu utama mobil.

“Untuk ngulik dan ngoprek satu elemen saja saya dan tim butuh waktu yang panjang,” terangnya. Persiapan yang dilakukan oleh Galang dan timnya untuk kompetisi di tahun berikutnya selalu maksimal. Ini terbukti dari evaluasi, perancangan hingga eksekusi yang dilaksanakan paling lama dua minggu setelah kompetisi.

Baca juga: Genjot Ekonomi Desa, Mahasiswa UMM Dampingi Warga Jambesari Bisnis Online

Anak dari pasangan Kusnadi dan Ngatmiati ini mengaku mencintai dunia elektro sejak duduk di bangku sekolah dasar. “Bapak dulu punya usaha jual beli mobil, itu asal mula saya tahu jika di balik sound system pada mobil ada proses elektro yang keren,” ceritanya. Selain itu, Gilang juga gemar mencari tahu bagaimana mobil Tamiya (mainan yang popular di awal tahun 2000-an) berjalan dengan sebuah dinamo.

Galang tak hanya berprestasi saat di bangku kuliah saja. Ia lebih dulu meraih suksesnya pada kompetisi lingkup kota madya hingga internasional. “Saat itu gagasan saya tentang alat pendingin menang mulai kota hingga nasional. Akhirnya saya diutus menjadi perwakilan Indonesia untuk berkompetisi di Jepang,”. Walaupun tidak menang di Jepang, ia mengaku kegagalannya itu sebagai pengalaman yang mengesankan.

Baca juga: Respon Perubahan, Universitas Sahid Jakarta Belajar ke UMM

Dalam berbagai kompetisi yang pernah diikuti, tak sedikit pula Galang gagal memperoleh juara. Namun ia tidak pernah kecewa berlebihan. “Gagal ya harus diperbaiki, Alhamdulillah, juga karena seneng dengan dunia ini,” katanya.

Saat ini Galang dan tim tengah menyiapkan diri untuk turut serta dalam Shell Eco Marathon Asia 2020 yang akan diadakan bulan Juni mendatang. Galang sedikit memberi bocoran salah satu hal baru yang akan hadir di mobil listrik hemat energi gagasan LSO Mekatronic. “Kami buat headlamp-nya jadi seperti salah satu mobil di film Fast and Furious,” ungkapnya.

Untuk gelaran KMHE mendatang, Galang tengah fokus memaksimalkan kemampuan bersama timnya. “Kuncinya jangan meremehkan lawan. Lakukan yang terbaik dan jangan lemah menghadapi gagal,” imbuhnya. (mir/can)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image