Cendekiawan Muda Muhammadiyah UMM Sambut Muktamar Muhammadiyah

Author : Humas | Sabtu, 07 Maret 2020 12:20 WIB
Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah saat menyimak Haedar Nashir dalam pidato sambutannya. (Foto: Istimewa)
Muhammadiyah yang lahir 1912, memiliki pengalaman yang lebih lama dibandingkan
dengan negara Indonesia yang diproklamirkan oleh Soekarno dan Moh. Hatta pada 1945. Dengan pengalaman yang penting itu pula, Muhammadiyah memiliki tradisi demokrasi (musyawarah, tanwir dan muktamar) yang sangat substansial. Lebih dari itu, tradisi demokrasi Muhammadiyah terinspirasi dari ajaran Islam Berkemajuan yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Sunnah, yang mengandung nilai-nilai profetisme Islam yang mulia. 
 
Oleh karena itu, hingga saat ini, Muhammadiyah telah menyelenggarakan kongres nasional lima tahunan (Muktamar) 47 kali. Sebanyak itu pula, Muhammadiyah mempraktikkan dan menempa nilai-nilai inti berdemokrasi seperti kemerdekaan (liberty), keadilan (justice), kesetaraan (equality) dan persaudaraan (fraternity).
 
Karena itu, dalam konteks pembangunan kebangsaan dan demokratisasi yang sedang
diperjuangkan oleh bangsa Indonesia, Muhammadiyah memiliki dan menjadi (having and becoming) bagian dari Indonesia itu sendiri. 
 
Baca Juga: Urun Pemikiran Kaum Muda Muhammadiyah UMM untuk Indonesia Berkemajuan
 
Dengan kata lain, Muhammadiyah adalah aktor penggerak pembangunan peradaban Indonesia yang memiliki peran penting. Lebih dari itu, Muhammadiyah pada Muktamar yang ke 47 di Makassar pada 2015 lalu, mempromosikan gagasan Negara Pancasila sebagai Dar al-Ahd wa al-Syahadah. 
 
Gagasan tersebut menegaskan bahwa Indonesia harus dipandang sebagai “negara kesepakatan” (dar al-ahd) di antara seluruh anak bangsa, sekaligus “negara persaksian” (dar al-syahadah) sebagai tempat di mana anak-anak bangsa ini mengabdi, berjuang dan berkontribusi secara partisipatoris dalam proses pembangunan.
 
“Peran-peran penting Muhammadiyah harus terus diupayakan dan menjangkau seluruh aspek pembangunan nasional meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan filantropisme, politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan, serta aspek-aspek lainnya, yang bersifat interdisipliner,” demikian dikatakan Hasnan Bachtiar, S.HI., MIMWAdv., anggota Cendekiawan Muda Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). 
 
Dalam rangka merealisasi hal tersebut, Muhammadiyah berkhidmat memperjuangkan
gagasan Islam yang berkemajuan, – sekaligus mengimplementasikan Dar al-Ahd wa alSyahadah – demi terwujudnya Indonesia yang berkemajuan. “Karena itu, kami Cendekiawan Muda Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Malang  berupaya memberikan sumbangsih intelektualnya dalam hal pembangunan peradaban Indonesia yang berkemajuan. Berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan penting ini, maka CMM UMM menyelenggarakan “Kolokium Nasional Interdisipliner Cendekiawan Muda Muhammadiyah” dengan tema “Konsolidasi Kaum Muda Muhammadiyah untuk Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta”,” ungkap Hasnan, selaku ketua pelaksana kegiatan. 
 
Kegiatan ini diadakan Jum’at – Sabtu, 6-7 Maret 2020 berlokasi di Sengkaling Convention Hall, UMM. Diikuti para Cendekiawan Muda Muhammadiyah (CMM), Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), perwakilan PTM se-Indonesia, utusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Jawa Timur, para pimpinan ortom Muhammadiyah di tingkat pusat dan wilayah (atau daerah), dosen muda UMM, serta para aktivis dan pegiat literasi Muhammadiyah. 
 
Selain sebagai ajang silaturrahmi (sambung-rasa) dan silatulfikri (sambung-fikir) Cendekiawan Muda Muhammadiyah untuk turut berkontribusi dalam menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan dewasa ini, juga dalam rangka Konsolidasi dan memperkuat jejaring Cendikawan Muda Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
 
“Tak kalah penting, agenda utama dari kolokium ini untuk merumuskan policy brief yang bisa digunakan sebagai pertimbangan bagi para pihak yang berkepentingan dalam rangka mendorong pembangunan Indonesia yang berkemajuan. Serta, berkontribusi secara ilmiah dalam menyambut pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo 2020,” tandas Hasnan. 
 
Hadir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammmadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir M.Si. turut hadir memberi sambutan sekaligus membuka acara, juga Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.A.P. yang didapuk sebagai keynote speaker. (*/Can)
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image