Tarian Matirto Suci Dewi Kandri Awali Prosesi Nyadran Kali

Author : Administrator | Kamis, 16 Maret 2017 | Suara Merdeka - Budaya

Penari menerima air Sendang Gede untuk disiramkan ke sawah sebagai bentuk rasa syukur saat prosesi adat Nyadran Kali di Desa Wisata Kandri, Kamis (16/3). (suaramerdeka.com/ Cun Cahya)

SEMARANG, suaramerdeka.com - Belasan penari pria dan wanita mengenakan pakaian serba putih dengan membawa tempat air tanah liat dan obor membuka prosesi adat nyadran kali di Desa Wisata Kandri, Kecamatan Gunungpati Semarang, Kamis (16/3).

Mereka membawakan tarian sakral Matirto Suci Dewi Kandri yang sebelumnya diikuti oleh arak-arakan yang membawa beberapa sesaji seperti gong, kepala kerbau, sego golong, jadah dan nasi yang diarak menuju sebuah mata air bernama Sendang Gede.

Setelah melakukan tarian mereka langsung menuju ke Sendang Gede untuk menerima air yang ambil oleh Supriyadi juru kunci sendang. Satu persatu penari menerima air yang ditempatkan di wadah air dari tanah liat dan bersama-sama menyiramkan air tersebut ke tanaman padi di samping sendang.

Masduki Sekretaris Pokdarwis Desa Wisata Kandri mengatakan acara ini merupakan ungkapan rasa syukur warga Desa Kandri kepada sumber mata air yang selama ini berguna untuk kehidupan sehari – hari warga. “Terutama untuk pertanian makanya tadi ada tarian sakral Matirto Suci Dewi Kandri itu yang tujuannya tadi ambil air dan diberikan ke tanaman sawah,” katanya.

Masduki menceritakan tradisi adat ini berawal dari mata air yang dulu luasnya sebesar dandang dan diperkirakan bisa menenggelamkan Semarang. Sehingga warga menutupnya dengan gong, kepala kerbau dan jadah.

Warga menggelar makanan di atas daun pisang untuk dimakan bersama-sama saat prosesi adat Nyadran Kali di Desa Wisata Kandri, Kamis (16/3). (suaramerdeka.com/ Cun Cahya)

Warga menggelar makanan di atas daun pisang untuk dimakan bersama-sama saat prosesi adat Nyadran Kali di Desa Wisata Kandri, Kamis (16/3). (suaramerdeka.com/ Cun Cahya)

“Ini untuk melestarikan budaya selain itu fungsinya memberikan pengertian ke warga yang dulunya tidak tahu supaya tahu dan yang sudah tahu agar ingat,” jelasnya.

Acara diakhiri makan bersama dengan makanan yang dibawa oleh ibu-ibu dari rumah masing-masing. Mereka menggelar daun pisang di sepanjang jalan menuju sendang dan meletakkan makanan di atas daun pisang tersebut.

Makan bersama ini merupakan bentuk kebersamaan yang sudah berlangsung lama saat bapak-bapak bergotong-royong membersihkan sendang dan ibu-ibu membawakan makanan dari rumah untuk dimakan bersama-sama.

(Cun Cahya/ CN33/ SM Network)

Sumber: http://berita.suaramerdeka.com/tarian-matirto-suci-dewi-kandri-awali-prosesi-adat-nyadran-kali/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: