Pasca Melahirkan, Ibu Yang Alami Baby Blues Hadapi Masalah Psikologi

Author : Humas | Minggu, 04 Februari 2024 23:32 WIB | SuryaMalang.com - SuryaMalang.com

Psikolog sekaligus dosen Psikologi di Fakultas Psikologib(FPsi) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Atika Permata Sari SPsi MPsi .

Psikolog sekaligus dosen Psikologi di Fakultas Psikologib(FPsi) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Atika Permata Sari SPsi MPsi .

SURYAMALANG.CO, MALANG - Baby blues kadang menyerang ibu usai melahirkan. Dalam kondisi itu, tak jarang menyakiti diri sendiri dan bayinya. Dari sisi psikologi, baby blues disebut dengan postpartum blues. Ini bukan termasuk gangguan mental, tetapi permasalahan psikologis. Hal itu disampaikan psikolog sekaligus dosen Psikologi pada Fakultad Psikologi (FPsi) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Atika Permata Sari SPsi MPsi .


Jika ditinjau dari sisi medis, kata Atika, faktor pemicu ibu mengalami baby blues berasal dari beberapa hal seperti perubahan hormon yang drastis setelah melahirkan, riwayat kondisi sebelum melahirkan, dan riwayat permasalahan di keluarga. “Terlebih bagi ibu yang memiliki riwayat gangguan psikologis seperti depresi akan berisiko lebih besar untuk mengalami baby blues,” jelas Atika, Sabtu (3/2/2024).


Dikatakan, dalam psikologi, permasalahan dan gangguan adalah hal yang berbeda. Permasalahan, belum menghasilkan diagnosis gangguan tertentu. "Namun jika postpartum blues dibiarkan tanpa ada penanganan, maka nantinya akan menjadi postpartum depression dimana kondisi ini bisa disebut dengan gangguan psikologis,” tambahnya.


Ia menyebutkan gejala yang paling kelihatan saat seorang ibu mengalami baby blues adalah berkaitan dengan emosi. Misalkan menunjukkan emosi yang labil, merasa cemas, mudah marah dan bahkan beberapa menunjukkan gejala depresi ringan. Ada juga gejala dalam bentuk perilaku yaitu perubahan pola tidur dan perubahan pola makan. Bisa jadi makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya dan tidur lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya.


Mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya, Atika menyampaikan pada ibu yang mengalami baby blues akan mengalami penurunan kesehatan mental dan memiliki kualitas tidur yang buruk. Selain itu, hal ini juga akan berdampak pada sejauh mana ibu mampu menjalankan peran pengasuhan kepada anaknya. Karena itu perlu ada pendampingan baik dari keluarga maupun tenaga profesional. 


Mereka bisa memberikan dukungan kepada ibu pasca melahirkan. Hal ini terbukti dapat menurunkan kemungkinan baby blues berkembang menjadi postpartum depression. "Selain itu, pendampingan juga meningkatkan kesehatan mental ibu,” tegasnya.
Ada beberapa dukungan yang dapat dilakukan. Mulai dari dukungan instrumental seperti bergantian menjaga bayi, dukungan emosional seperti mendengarkan curhat istri.


Ataupun dukungan material seperti memberikan tambahan uang saku untuk istri.  “Baby blues wajar dialami dan biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah dua minggu pasca kemunculan pertama gejala. Ini juga dapat membaik tentunya dengan dukungan dari  orang-orang di sekitar,” paparnya. Ia berharap setiap ibu yang mengalami baby blues mempunyai cukup dukungan dalam proses pengasuhan anak. 

Sumber: https://suryamalang.tribunnews.com/amp/2024/02/04/pasca-melahirkan-ibu-yang-alami-baby-blues-hadapi-masalah-psikologi
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler