Meningkatkan Kesehatan Mulut dan Gigi Diabetes Mellitus Tipe 2

Author : Humas | Jum'at, 22 Desember 2023 12:31 WIB | Radar Bromo - Radar Bromo

Oleh: Dinda Novia Ardani
Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang. Bisa disapa di dindaardani02@gmail.com

DIABETES adalah kondisi di mana kandungan gula dalam darah melebihi normal dan cenderung tinggi. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit metabolisme yang mampu menyerang siapa saja.

Diabetes mellitus (kencing manis) adalah kondisi kronis dan berlangsung seumur hidup yang mempengaruhi kemampuan tubuh dalam menggunakan energi yang dari makanan.

Selain itu, diabetes merupakan salah satu penyakit metabolik. Merupakan kelainan multifaktorial yang ditandai dengan peningkatan kronis gula darah atau hipergilikemia. Serta disebabkan oleh gangguan sekresi insulin atau disfungsi insulin atau keduanya-duanya.

Diabetes juga disebut sebagai epidemi. Diam-diam merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menyebabkan 9 persen dari seluruh kematian di seluruh dunia.

Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol mengalami komplikasi seperti mulut kering dan mulut terbakar. Perubahan metabolisme kolagen dan akibatnya perubahan serat periodontal.

Menyebabkan penyakit periodontal, yang disebabkan oleh adanya plak mikroba dan kebersihan yang buruk pada sebagian besar penderita diabetes. Kadar laktat dalam air liur pada penderita diabetes lebih tinggi dibandingkan pada orang sehat.

Pada kasus lanjut, dapat mencapai hinngga 5 kali lipat dari tingkat normal, yang merupakan faktor penyebab karier. Terlebih lagi diabetes mellitus mempengaruhi hampir semua jaringan dan organ tubuh.

Termasuk jaringan keras dan lunak rongga mulut, yang bermanifestasi dengan beberapa komplikasi. Ada banyak penelitian yang menunjukan bahwa prevalensi, perkembangan, keparahan, dan luasnya penyakit mulut kronis meningkat secara signifikan pada pasien diabetes.

Komplikasi mulut utama yang berhubungan dengan diabetes, termasuk infeksi gusi, penyakit periodontal, kerusakan gigi, mulut kering, infeksi bakteri dan jamur, halitosis, dan penyembuhan luka yang berkepanjangan akibat perawatan gigi. Belazi dkk.

Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan spesies Candida secara signifikan lebih tinnggi pada penderita diabetes dibandingkan pada kelompok sehat.

Pengetahuan penderita diabetes tentang penyakit periodontal, mulut kering dan pencegahan masalah mulut dan gigi sangat penting pada pasien.

Pasien diabetes dan keluarganya perlu mempelajari dan mempraktikkan keterampilan gaya hidup baru. Termasuk memantau gula darah, mengikuti petunjuk pengobatan, menjalani pola makan yang benar, aktivitas fisik, dan banyak lagi.

Keterampilan ini penting dalam mengendalikan diabetes dan mencegah atau menunda komplikasinya. Pasien diabetes harus menjadi peserta aktif dalam proses pendidikan dan dalam menetapkan tujuan pendidikan dan perilaku.

Satu-satunya strategi yang efektif dan efisien untuk mengatasi masalah kesehatan muulut adalah pencegahan dan kepatuhan terhadap kesehatan, mulut.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pendidikan kesehatan merupakan cara terbaik dan paling efektif dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik dari segi sumber daya manusia maupun mahalnya biaya pelayanan kesehatan.

Menurut (WHO), pendidikan adalah landasan pengobatan diabetes, Faktanya, pendidikan telah direkomendasikan sebagai komponen penting dalam mendorong pengendalian diabetes yang baik, dan pengendalian diabetes yang baik, dan penelitian menunjukan, pendidikan efektif dalam mengendalikan dan mengobati penyakit ini.

Dan menurut penelitian, pelatihan yang tepat dapat mengurangi 80 persen komplikasi diabetes keyakinan kesehatan. Model itu salah satu model analisis perilaku tertua yang telah digunakan dalam berbagai penelitian perilaku kesehatan seperti diabetes mellitus tipe 2 (T2DM).

Psikolog sosial mengembangkan model ini pada tahun 1950an untuk memprediksi alasan keenggangan masyarakat untuk melakukan perilaku kesehatan preventif.

Dalam model ini, pasien diabetes pertama-tama perlu menyadari risiko masalah mulut dan memahami keseriusan kompliksinya.

Kemudian untuk mengurangi komplikasi ini, mereka harus memahami manfaat dari layanan kesehatan mulut dan mengurangi hambatan dan mengarahkan pasien ke arah layanan kesehatan mulut.

Melalui peningkatan efikasi diri dan pemberdayaan pasien dalam hal ini serta dampak dari isyarat untuk bertindak sebagai insentif internal dan eksternal.

Mengingat kurangnya penelitian berbasis teori mengenai kebersihan mulut dan gigi pada pasien diabetes, penelitian ini dilakukan untuk merancang dan mengevaluasi intervensi pendidikan untuk meningkatkan perilaku terkait kebersihan mulut dan gigi pada pasien DMT2.

Dari total 2500 pasien diabetes yang dirujuk ke klinik diabetes, terdapat 120 pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian secara acak di masukkan ke dalam kelompok intervensi dan kontrol (60 peserta di setiap kelompok).

Rata-rata usia pasien diabetes pada kelompok kontrol dan intervensi masing-masing adalah 53,26 ± 4,46 dan 53,48 ± 4,38 tahun yang menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna berdasarkan hasil uji T independen.

Setelah intervensi pendidikan, uji T menunjukkan perbedaan yang di signifikan dalam hal kesaadaran, kerentanan yang dirasakan tingkat keparahan, yang dirasakan manfaat dan hambatan, yang dirasakan efikasi diri dan isyarat internal untuk bertindak antara kelompok intervensi dan kontrol.

Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam hal isyarat eksternal untuk bertindak. (Penelitian Klinik Kota Iran 2017-2018).

Indonesia menempati peringkat kelima dari negara-negara dengan jumlah penderita diabates terbanyak di dunia. Jutaan orang di Indonesia menderita penyakit diabetes melitus.

Menurut WHO jumlah penderita terus meningakat dan tercatat saat ini mencapai 422 juta orang di dunia- empat kali lebih banyak dari pada 30 lalu.

Angka mencapai 19,5 juta pada tahun 2021 (Internasional Diabetes Foundation). Penderitanya juga bukan hanya pada orang dewasa melainkan di semua kalangan usia.

Pada Januari 2023 di Indonesia ada 1.645 pasien anak menderita Diabetes Melitus. Diabetes Melitus Tipe 2 pada umumnya diketahui bisa di derita oleh orang berusia diatas 40 tahun.

Namun saat ini terjadi peningkatan secara global 56% kasus Diabetes Melitus Tipe 2 pada usia kurang dari 40 tahun. Saat ini ada 19,5 juta penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia dan akan naik 150% pada dua dekake kedepan (Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes RSCM, Jakarta, Jumat (7/7). (*)

Sumber: https://radarbromo.jawapos.com/opini/1003645917/meningkatkan-kesehatan-mulut-dan-gigi-diabetes-mellitus-tipe-2?page=3
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Arsip Berita

Berita Terpopuler