Dosen UMM Bikin Obat Diabetes dari Daun Kembang Bulan, Pertama di Indonesia

Author : Humas | Selasa, 02 Januari 2024 14:18 WIB | medcom - medcom

Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rr Eko Susetyarini (kerudung coklat). DOK Humas UMM.

Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rr Eko Susetyarini (kerudung coklat). DOK Humas UMM.

Malang: Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rr Eko Susetyarini, mengembangkan obat alami untuk menangani penyakit Diabetes Mellitus (DM). Dia mengeksplorasi potensi ekstrak daun kembang bulan (Tithonia diversifolia) sebagai alternatif pengobatan.
 
Penelitian ini melibatkan dosen Pendidikan Biologi UMM, Husamah, dan mahasiswa Pendidikan Biologi UMM, Fithri Wening Sasmita. Menariknya, ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang memanfaatkan daun kembang bulan sebagai obat diabetes.
 
Roro, sapaan akrabnya, menjelaskan penelitian ini telah menjadi rujukan hampir 60 peneliti lain. Dia berharap temuan ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas saat rampung nanti.

Dosen UMM Bikin Obat Diabetes dari Daun Kembang Bulan, Pertama di Indonesia

Daviq Umar Al Faruq • 02 Januari 2024 14:18

Malang: Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rr Eko Susetyarini, mengembangkan obat alami untuk menangani penyakit Diabetes Mellitus (DM). Dia mengeksplorasi potensi ekstrak daun kembang bulan (Tithonia diversifolia) sebagai alternatif pengobatan.
 
Penelitian ini melibatkan dosen Pendidikan Biologi UMM, Husamah, dan mahasiswa Pendidikan Biologi UMM, Fithri Wening Sasmita. Menariknya, ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang memanfaatkan daun kembang bulan sebagai obat diabetes.
 
Roro, sapaan akrabnya, menjelaskan penelitian ini telah menjadi rujukan hampir 60 peneliti lain. Dia berharap temuan ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas saat rampung nanti.

Advertisement


“Untuk penelitian selanjutnya, perlu kajian farmakoekonomi. Apakah dengan bentuk sediaan jamu cukup efektif atau ekonomis dibandingkan dengan obat kimia yang sudah ada. Perlu pula perbaikan metodologi agar menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi. Serta, pentingnya kolaborasi dengan industri atau BPOM agar hilirisasi lebih baik dan produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” kata Roro, Jumat, 29 Desember 2023.
 
Penyakit Diabetes Melitus dapat diidap berbagai kalangan masyarakat tanpa memandang usia maupun latar belakang sosial ekonomi. Faktor penyebab utamanya adalah perubahan gaya hidup yang berdampak pada kebiasaan dan pola makan masyarakat.
 
Melihat fenomena ini, Roro kemudian mencoba menggali potensi tanaman obat lokal. Hal itu ia lakukan lantaran tingginya biaya pengobatan diabetes dan potensi efek samping dari pengobatan konvensional.
 
Hal ini juga didukung adanya tren masyarakat yang semakin tertarik pada pengobatan alami dan gaya hidup back to nature. Permintaan terhadap tanaman obat pun meroket, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
 
“Sayangnya, tanaman obat di Indonesia saat ini masih terbatas pada peran sebagai jamu. Kadang juga hanya direbus. Ironisnya, belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai Obat Herbal Terstandar (OHT) dan fitofarmaka, yang merupakan obat berbahan alami dan telah terbukti keamanan serta khasiatnya. Padahal, jika berhasil mengembangkan potensi tanaman obat ini, nilai jualnya akan melonjak tinggi,” jelas Roro.
 
Roro menjelaskan penelitian ini juga bertujuan membuktikan efektivitas ekstrak daun kembang bulan yang dapat menurunkan kadar glukosa darah berdasarkan uji coba pada tikus Wistar (Rattus norvegicus). Tanaman kembang bulan saat ini telah banyak digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan, seperti sakit perut, kembung, diare, dan anti inflamasi atau anti radang.
 
Benar saja, temuan menarik ini mengindikasikan daun kembang bulan memiliki peran signifikan sebagai anti diabetes. Dalam penelitian ini, pemberian dosis ekstrak daun kembang bulan sebesar 5,14 ml/200g BB menunjukkan pengaruh paling efektif dengan penurunan kadar glukosa darah rata-rata mencapai 136,80 mg/dl.
 
Nilai ini tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif atau normal yang memiliki rata-rata 122,20 mg.
 
“Meskipun begitu, masih harus ada penelitian lanjutan. Langkah selanjutnya harus melibatkan penelitian yang mencakup keamanan ekstrak terhadap fungsi hati dan ginjal,” tutur dia.

Sumber: https://www.medcom.id/pendidikan/riset-penelitian/9K5A0oPK-dosen-umm-bikin-obat-diabetes-dari-daun-kembang-bulan-pertama-di-indonesia
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Berita Terpopuler