Jejak Ilmuwan Muslim dalam Sains Modern

Author : Humas | Monday, December 09, 2013 13:34 WIB | Okezone - Okezone

Judul Buku : Cara Belajar Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Pencetus Sains-Sains Canggih Modern
Penulis : M. Yusuf Abdurrahman
Penerbit : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan : I, Maret 2013
Tebal : 283 halaman
ISBN : 978-602-772-432-7
Harga : Rp38.000


Ratusan tahun silam, sebelum ilmuwan Barat mengenal ilmu pengetahuan dan sains, ilmuwan muslim telah maju dan berkembang dengan rangkaian penemuan serta ilmu pengetahuannya. Tetapi, sejarah Barat kemudian mengubur mereka “hidup-hidup”, sehingga hanya sedikit ilmuwan muslim yang masuk ke dalam tinta sejarah penemuan di dunia.

Padahal dalam perjalanan sejarahnya, peradaban Barat pernah mengalami masa-masa pahit yang mereka sebut dengan zaman kegelapan atau disebut juga zaman pertengahan (the Medieval Ages). Zaman kegelapan itu dimulai dari runtuhnya Imperium Romawi Barat pada tahun 476 M dan munculnya Gereja Kristen sebagai institusi dominan dalam masyarakat Kristen Barat. 

Pada abad kegelapan Barat tersebut, ilmuwan Muslim seperti al-Biruni sudah menghidupkan metode eksperimen yang tak pernah dikenal oleh para pemikir besar Yunani. Metode yang kemudian menjadi bangunan dasar sains modern itu, memang membawa Islam pada puncak  kegemilangan peradabannya. Maka tidaklah berlebihan jika sains modern yang dikembangkan oleh Barat merupakan benih pemikiran Islam. Sains modern, setidaknya metode eksperimental karya al-Biruni, merupakan kontribusi paling monumental dari peradaban Islam.

Selama ini, rupanya banyak pembelajar yang telah dibodohi habis-habisan oleh sejarah yang tidak benar. Lebih tepatnya, kejujuran sejarah pengetahuan sengaja ditutup-tutupi oleh orang-orang Barat. Akan tetapi, kendati mereka berusaha menutup-nutupi kebenaran ilmu pengetahuan, akhirnya ketahuan juga bahwa ilmu pengetahuan lebih dulu ditemukan oleh para ilmuwan muslim yang lalu mengispirasi perkembangan besar-besaran di dunia Barat.

Sekadar contoh, ilmuwan muslim yang menjadi inspirasi Barat adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, seorang tokoh matematika yang menemukan angka nol. Dalam matematika juga banyak ditemukan istilah-istilah seperti sinus, kosinus, tangen, kotangen atau dalam ilmu astronomi seperti istilah azimut, zenith dan nadir yang semua itu diciptakan oleh sarjana Muslim yang bernama al-Battani, yang di Barat disebut Albategni atau Albategnius. 

Dalam bidang filsafat ada Ibnu Rusyd (1126-1198) yang dihormati Barat dengan nama Averroes. Dalam bidang sosial, politik dan budaya ada ibnu Khaldun (lahir 27 mei 1332) dan dalam bidang navigasi ada ibnu Battutah (1304-1377) yang menjelajah dunia dari Rusia hingga Samudra Pasai, dan Ibnu Majid yang menemukan kompas modern. Masih banyak lagi cendekiawan Muslim lainnya. Jadi, Banyak ilmuwan Muslim yang menjadi sumber rujukan orang Barat sebelum terjadi kebangkitan ilmu pengetahuan. 

Ikhtiar buku ini hendak membuktikan apa saja karya, pemikiran, dan penemuan fenomenal para ilmuwan muslim yang telah menjadi jejak perkembangan ilmu pengetahuan modern. Penyusun buku ini juga menegaskan keistimewaan para ilmuwan muslim terdahulu yang mampu menguasai ragam ilmu pengetahuan. Jabir bin Hayyan al-Kufi, misalnya, sebagai ilmuwan muslim ia tidak hanya ahli dalam ilmu kimia, tetapi juga ilmu kedokteran, filsafat, dan fisika.

Sebab itu, wajar jika kita mengenal para ilmuwan muslim di zaman dulu memiliki multitalenta yang tidak saja ahli di bidang fiqh, hadits, dan al-Quran, ternyata juga jago dalam bidang filsafat, kedokteran, fisika, kimia, astronomi, geografi, dan perdagangan. Fakta ini bisa diketahui dari rangkuman berbagai bidang keilmuan sebagaimana yang dirangkum buku ini.

Sayangnya, seiring pudarnya penguasaan umat Islam atas sains dan teknologi dan pesatnya kemajuan sains modern, lenyap pula kemampuan umat Islam untuk bertahan, sehingga kecenderungan menurunnya peran umat Islam di dunia tidak dapat dielakkan. Sebaliknya bangsa Barat, setelah belajar dari umat Islam, lima abad kemudian berhasil melanjutkan pengembangan sains di tengah masyarakat mereka.

Buku yang disusun dari berbagai sumber ini, kendati tak memuat banyak hal baru, menarik untuk disimak. Tidak hanya mengungkap cara belajar para ilmuwan muslim hingga menjadi tokoh-tokoh hebat sepanjang masa, buku ini diharapkan dapat membangkitkan kembali ruh keilmuan orang Islam yang belakangan kian terkubur oleh peradaban Barat.   
    
Peresensi: Ahmad Fatoni
Penggiat Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) Universitas Muhammadiyah Malang 

Harvested from: http://suar.okezone.com
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: