Liburan Jadi Sering Rebahan? Pakar UMM Ungkap Bahayanya

Author : Humas | Monday, January 08, 2024 12:30 WIB | DetikEdu -

Ilustrasi tidur dan insomnia

Bahaya Terlalu Sering Rebahan. (Foto: thinkstock)

Jakarta - 

Saat ini, siswa sedang memasuki waktu libur tahun mengajar. Tak hanya bepergian, waktu liburan juga nyaman diisi dengan bahan bakar.

Tapi tahukah kamu, rebahan bisa menjadi sumber beragam penyakit?

Tak hanya waktu libur, hidup pada era yang serba instan bisa membuat masyarakat menyukai rebahan. Terlebih lagi adanya gadget yang mampu meminimalisir aktivitas fisik seseorang.

Meski terasa nyaman dilakukan, kebiasaan perubahan bisa berdampak buruk. Menurut Dr. Yoyok Bekti Prasetyo , selaku dosen Fakultas Ilmu Kesehatan ( Fikes ) Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ), rebahan menjadi isu dalam dunia kesehatan.

Masyarakat Sering Abai

Menurutnya, masyarakat sering mengabaikan sakit yang bersifat sementara akibat terlalu lama dalam posisi tertentu saat rebahan. Faktanya, sakit tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Hal ini bahkan dapat menjadi pemicu hadirnya berbagai penyakit kronik di kemudian hari.

"Beberapa di antaranya adalah nyeri pada otot dan sendi, penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, kanker, dan yang tak kalah berbahayanya adalah obesitas," kata Yoyok dalam laman UMM .

Sesaat setelah bangun, seseorang juga berpotensi merasakan pusing. Hal ini disebabkan oleh tekanan darah yang berubah secara cepat atau sering disebut hipotensi ortotastik .

Kondisi ini terjadi akibat tekanan darah rendah karena posisi tubuh berubah secara cepat. Hipotensi ortostatik umumnya merupakan gejala dari penyakit tertentu, seperti gangguan jantung dan penyakit pada saraf.

Tidur dengan Durasi Tak Wajar

Selain rebahan, tidur dengan waktu kurun yang tidak wajar atau terlalu lama juga bisa menjadi salah satu pemicu kenaikan berat badan. Hal ini juga berpotensi meningkatkan kadar gula dalam darah atau diabetes semakin tinggi.

"Saat posisi rebahan, ada bagian tubuh yang mengalami tekanan besar. Hal ini juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tulang, pergeseran tulang, patah tulang hingga kelainan tulang seperti skoliosis , kifosis , dan lordosis ," ujar Dekan Fikes UMM tersebut.

Oleh karena itu, Yoyok berpesan agar masyarakat menghindari kebiasaan rebahan dan meningkatkan aktivitas fisik.

"Hindari juga makanan siap saji, dan terapkan pola hidup sehat agar kualitas hidup juga menjadi lebih baik," pungkasnya.(nir/nwy)

 

 
Harvested from: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7129952/liburan-jadi-sering-rebahan-pakar-umm-ungkap-bahayanya/amp
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: