Rancage Pertama untuk Sastra Banjar

Author : Administrator | Monday, March 06, 2017 | -

Setelah buku telaah cerpen Banjarnya dengan judul Sastra di Tapal Batas (Banjarmasin: Tahura Media, 2012) ditahbiskan sebagai pemenang Hadiah Sastra Majelis Sastera Asia Tenggga (MASTERA) dari Pemerintah Malaysia di penghujung tahun 2016 lalu, mengawali tahun 2017 ini Jamal T. Suryanata kembali menorehkan prestasi bergengsi. Novel berbahasa Banjarnya Pambatangan (Banjarmasin: Tahura Media, 2016) dinyatakan sebagai penerima Hadiah Sastra Rancage 2017 dari Yayasan Kebudayaan Rancage yang dikomandoi sastrawan senior Ajip Rodisi.

Selama perkembangan sejak akhir 1940-an, ini merupakan Hadiah Rancage pertama untuk sastra Banjar (modern). Novel “Pambatangan” ini sebelumnya sempat dimuat secara bersambung di Media Kalimantan, sebelum akhirnya dibukukan.

Menurut pengakuan Jamal, sapaan akrab sastrawan Kalsel yang kini berdomisili di Pelaihari, Tanah Laut, meraih Hadiah Rancage sebenarnya merupakan obsesi lamanya yang sudah terpatri sejak puluhan tahun silam, bahkan sebelum ia bisa menulis dalam bahasa Banjar.

“Dulu, di awal-awal dekade 90-an, saya sudah sering mendiskusikannya bersama Y.S. Agus Suseno, Maman S. Tawie (alm), M. Rifani Djamhari (alm), dan beberapa penulis banua lainnya. Sayangnya, kondisi sastra Banjar saat itu masih bagai kerakap tumbuh di batu,” ujarnya kepada Media Kalimantan, kemarin.

Bahkan, lanjutnya, saat itu sastra Banjar ada yang mengatakan dengan istilah agnostik, antara ada dan tiada. Dan, Jamal merasa sangat bersyukur, karena selepas tahun 2000-an sastra Banjar ternyata mengalami perkembangan yang cukup signifikan, minimal secara kuantitas.

Nah, untuk mewujudkan obsesi lamanya tersebut, dalam beberapa tahun terakhir Jamal gencar mencari informasi tentang apa saja yang terkait dengan Hadiah Rancage. Setelah merasa cukup jelas, sejak tahun lalu secara pribadi ia menghimpun dan mengirimkan belasan buku karya sastra Banjar modern kepada Pengurus Yayasan Kebudayaan Rancage di Bandung, baik karyanya sendiri maupun karya penulis Banjar lainnya.

Menurut Jamal, buku-buku tersebut diperlukan untuk memenuhi persyaratan agar sastra Banjar dapat diperhitungkan sebagai nominasi penerima Hadiah Rancage. “Kita harus bisa menunjukkan bahwa sastra Banjar memang ada, dan pantas diperhitungkan sebagaimana sastra daerah lainnya,” ucapnya. Dalam hal ini, ujarnya, paling tidak selama tiga tahun berturut-turut harus ada karya sastra Banjar yang diterbitkan dalam bentuk buku.

Usaha itu tak sia-sia, novel Pambatangan yang pernah terbit secara bersambung di Media Kalimantan, kemudian dibukukan, akhirnya terpilih sebagai penerima Hadiah Rancage 2017. “Kalau senang sih sudah pasti. Tapi, jujur saja, saya merasa seperti telah menemukan barang yang selama ini saya cari.”

Kendati demikian, untuk prospek sastra Banjar ke depan menurutnya sangat bergantung pada kemauan dan kerja keras semua penulis sastra Banjar yang ada sekarang. “Peluang itu selalu ada,” kata penulis buku kumpulan kisdap Galuh ini.

Untuk itu Jamal mengajak kepada semua penulis banua agar bersama-sama memperjuangkannya. “Sastra Banjar harus tetap eksis. Ini baru permulaan!” pungkasnya. Ia juga sangat berterima kasih kepada Hairus Salim (Yogyakarta) yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikirannya dalam kapasistasnya sebagai anggota tim penilai Hadiah Sastra Rancage 2017 untuk sastra Banjar.(sandi firly)

من المقطوع: http://mediakalimantan.co.id/2017/03/06/rancage-pertama-untuk-sastra-banjar/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: