Arlinda Silva Prameswari, Ubah Virus Jadi Media Terapi Kanker

Author : Humas | Senin, 22 Mei 2017 09:20 WIB

SELAMA ini manusia mengenal virus sebagai embrio penyebab penyakit. Namun, apa jadinya bila virus malah berubah fungsi menjadi media terapi penyakit kanker? Itulah yang sedang dikerjakan Arlinda Silva Prameswari, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UMM yang baru saja meraih Juara I Mahasiswa Berprestasi Tingkat Kopertis VII Jawa Timur.

Virus yang sedang dimodifikasi Arlinda bernama Adenovirus serotype 5 (Ad5), yakni salah satu virus yang berperan terhadap lima hingga sepuluh persen infeksi saluran napas pada anak-anak dan orang tua, juga infeksi saluran kencing. Untuk mengubah virus Ad5 menjadi media terapi, ada tiga tahapan yang harus dilakukan Arlinda. Pertama, ia harus melakukan penghapusan gen. Pada virus, ada beberapa gen yang berfungsi sebagai senjata bagi virus. “Agar virus bisa dipakai untuk terapi, maka senjatanya harus dihilangkan, yaitu dihapus gennya,” ujar Arlinda menganalogikan.

Kedua, Arlinda mengubah susunan genetik asam basa. Pada kanker prostat, Ad5 tak bisa bereplikasi secara selektif karena jumlah reseptornya rendah. Padahal, cara virus masuk ke sel tubuh ialah melalui reseptor tersebut. Pada literatur yang dikajinya, ada reseptor yang meningkat jika kankernya parah. Untuk itu, Arlinda perlu mengubah susunan asam basanya.

Tahapan ketiga yakni enkapsulasi. Virus yang telah dimodifikasi akan dikapsul menggunakan polimer posphoethylen glycol (PEG). Virus merupakan suatu agen infeksius, oleh karenanya akan secara cepat dieliminasi dari sistem tubuh oleh imun. Untuk itu, enkapsulasi pada virus bertujuan untuk memperpanjang proses terapi yang dilakukan virus di dalam sel menjadi lebih lama karena akan mengelabui sistem imun tubuh.

Sementara itu, cara yang dilakukan untuk memasukkan virus ke dalam tubuh yakni melalui injeksi yakni disuntik lewat arteri. Sejauh ini, pengobatan kanker kerap menggunakan kemoterapi. Kelemahannya, kemoterapi akan menyerang sel sehat dan sel kanker. Sebaliknya, kelebihan menggunakan Ad5, ketika ia disuntikkan ke dalam tubuh, ia hanya menyerang sel kanker saja.

Mahasiswa asal Lamongan ini mengaku memulai risetnya sejak November 2016 dan menggunakan hingga 70 jurnal internasional dan nasional sebagai referensinya. Ada berbagai tahapan yang harus dilaluinya hingga meraih juara pertama mahasiswa berprestasi di Jawa Timur dan siap melaju ke tingkat nasional.

Mahasiswa yang juga menjadi chief of editor pada Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) ini mesti berlomba dengan 45 peserta dari berbagai kampus hingga tersisa 10 besar. Seleksi tersebut antara lain seleksi administrasi, presentasi hasil riset, klarifikasi piagam penghargaan, kemampuan menulis dan berbicara dalam Bahasa Inggris, hingga wawancara kepribadian.

Tak heran jika predikat mahasiswa berprestasi se-Jawa Timur diraihnya. Di samping kuliah, mahasiswa semester 6 ini juga aktif sebagai pengurus harian Badan Analisis dan Penalaran Ilmiah Nasional (BAPIN) di bawah Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) sebagai reviewer pada JIMKI sebelum diteruskan ke reviewer dokter spesialis. Di FK, mahasiswa yang bercita-cita menjadi dokter spesialis jantung ini juga bergelut di bidang jurnalistik dan aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). (ich/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image